Rechercher dans ce blog

Kamis, 07 April 2022

Ibu Kota Nusantara dalam Proses Budaya Lokal - kompas.id

HERYUNANTO

Wacana pemindahan ibu kota negara yang didengungkan Presiden Joko Widodo pada beberapa tahun terakhir perlahan menuju titik terang. Mengutip berita Kompas.com, bahwa pada 14 Maret 2022 Presiden Jokowi melakukan prosesi pencampuran air dan tanah yang berasal dari 34 provinsi ke dalam Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Penggunaan nama Kendi Nusantara sebagai wadah pencampuran air dan tanah merupakan representasi wilayah Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua. Air dan tanah adalah gambaran kearifan lokal dari setiap daerah di Indonesia yang disatukan dalam Kendi Nusantara.

Pertanyaannya, apakah prosesi simbolis pembangunan IKN akan dapat memberikan kepastian wujud IKN yang dicita-citakan seperti yang sudah banyak digambarkan? Bagaimana nilai budaya lokal akan terwakili dengan upacara simbolis tersebut? Akan seperti apa wujud, situasi, dan kondisi IKN yang dicita-citakan nanti akan terwujud sebagaimana gagasan IKN digambarkan?

Baca juga: Peran Strategis IKN Nusantara

Pada dasarnya IKN adalah suatu lingkungan hidup binaan (built environment) yang akan mempunyai unsur utama bentuk dan ruang (built form and space) seperti yang gagasannya selama beberapa waktu terakhir bisa dilihat di sejumlah media. Menurut Franklin (2006) dalam bukunya, Hosing Transformations, Shaping the Space of 21st Century Living ataupun Moffatt & Kohler (2008) dalam tulisannya, Conceptualizing the Built Environment as a Social–Ecological System, lingkungan binaan dapat dilihat sebagai media atau artefak hasil representasi suatu proses sistem budaya yang kompleks dan memakan waktu panjang.

Suasana prosesi penyatuan tanah dan air dari semua provinsi di Indonesia ke dalam sebuah gentong di Titik Nol Kilometer IKN Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022).
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/RUSMAN

Suasana prosesi penyatuan tanah dan air dari semua provinsi di Indonesia ke dalam sebuah gentong di Titik Nol Kilometer IKN Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022).

Proses budaya tersebut tidak sederhana karena melibatkan beberapa faktor dan unsur, pelaku dengan interaksi, di antaranya yang saling memengaruhi baik secara positif maupun negatif. Proses budaya memuat proses sosial, keruangan (spatial), ataupun konseptual dengan tiap-tiap unsur atau faktornya.

Ketiga proses tersebut menempatkan proses keruangan sebagai pusat yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh proses sosial ataupun konseptual. Proses sosial akan banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, politik, dan hukum yang ada di dalam masyarakat dan akan terlihat melalui kelembagaan dan organisasinya, yang dalam hal ini bisa diwakili oleh Badan Otorita IKN.

Badan ini dengan kewenangannya diharapkan dapat merumuskan dan menerapkan peraturan dan mengelola proses pembangunan yang dapat memenuhi tuntutan pemerintah pusat, tetapi adaptif terhadap budaya lokal Kalimantan. Tugas Badan Otorita IKN tersebut semestinya juga termasuk mengarahkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang menjadi unsur penting dalam proses keruangan IKN.

Tugas Badan Otorita IKN tersebut semestinya juga termasuk mengarahkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang menjadi unsur penting dalam proses keruangan IKN.

Sumber daya lokal yang meliputi kondisi geografi, lingkungan fisik, lokasi, dan lingkungan alam yang khas Kalimantan merupakan unsur utama dalam proses keruangan yang terwujud dalam bentuk, tatanan ruang, aktivitas, dan ukuran IKN. Ada sejumlah atribut yang bisa kita kenali tentang kondisi lokasi Pulau Kalimantan umumnya, seperti karakteristik tanah, jalur-jalur air, kontur, hutan, dan vegetasinya, cuaca dan iklim, posisinya terhadap garis katulistiwa yang akan menjadi variabel penting yang akan menentukan kapasitas daya dukung lingkungan IKN nanti.

Atribut-atribut tersebut dengan karateristiknya juga akan menentukan pilihan pola dan bentuk suatu lingkungan binaan yang akan dibangun di atasnya. Secara umum ekosistem pulau Kalimantan ditandai dengan empat unsur yang khas. Pertama adalah batuan tua sebagai bagian Benua Asia yang terpisah karena pemanasan Bumi sekitar 15.000 tahun lalu. Kedua adalah tidak adanya gunung berapi yang menyebabkan tidak adanya proses pembaruan permukaan tanah yang menyebabkan kedap air meskipun di Kalimantan terdapat perbukitan dan dataran sedimen.

Baca juga: Ibu Kota Negara, Beberapa Catatan

Berikutnya adalah hutan tropis dengan produk alami yang panjang rangkaiannya, mulai dari lumut, tumbuhan kecil, tumbuhan rendah, hingga pohon puluhan meter tingginya. Dan yang terakhir adalah keragaman flora yang jenis tanaman dan tajuknya menjadi pengendali iklim Kalimantan karena penyimpanan air yang tinggi pada tajuknya.

Unsur keragaman flora ini menjadi sangat penting karena akan menentukan fungsi wilayah riparian sebagai jembatan antara habitat sungai/air dan ekosistem daratannya. Struktur ekosistem riparian yang kompleks dan beragam ini akan menyediakan berbagai fungsi yang khas hanya bagi ekosistem tersebut.

https://assetd.kompas.id/jL4QVsrDLIPXceqg_xI_Nh0ErCQ=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F10%2Fd9ff93a8-9d18-4502-a06f-8c2cb7a2d3af_jpg.jpg

Penentu kehidupan IKN

Apabila ditinjau lebih dalam di lokasi IKN, yang secara administratif terletak di Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara, bisa dilihat bahwa selain hutan hujan tropis yang tersisa sebagai hutan lindung di Kutai Kertanegara, diperkirakan hutan yang ada di Penajam Paser Utara telah dialihfungsikan untuk perkebunan dan pertambangan. Walaupun demikian, masih tersisa ekosistem riparian yang mengendalikan kondisi sungai pendek yang menuju ke Teluk Balikpapan.

Pengamatan sementara menunjukkan bahwa sungai yang menuju Teluk Balikpapan tidak membawa endapan. Apa yang belum diketahui adalah sejauh mana salinitas sungai oleh pasang surut Teluk Balikpapan yang akan menentukan kualitas sungai tersebut sebagai salah satu sumber air baku. Ini menjadi penting mengingat air bersih akan menjadi penentu kehidupan di IKN nanti.

Sejauh mana salinitas sungai oleh pasang surut Teluk Balikpapan yang akan menentukan kualitas sungai tersebut sebagai salah satu sumber air baku.

Wilayah riparian bersifat penting dalam ekologi, pengelolaan lingkungan, dan rekayasa sipil, terutama karena peranannya dalam konservasi tanah, keanekaragaman hayati yang dikandungnya, serta pengaruhnya terhadap ekosistem perairan. Bentuk fisik wilayah ini bisa bermacam-macam, antara lain berupa hutan riparian, paya-paya, aneka bentuk lahan basah, ataupun tak bervegetasi.

Istilah-istilah teknis seperti sempadan sungai dan kakisu (kanan-kiri sungai) mengacu kepada wilayah ini meski pengertiannya tak sepenuhnya mewadahi. Kondisi-kondisi unsur alami lokasi yang khas tersebut semestinya akan memberi warna lokalitas mulai dari substansi peraturan-peraturan pembangunan IKN hingga proses keruangan melalui upaya kreatif, inspiratif, dan inovatif para perancang ataupun pengembang yang terlibat di dalamnya. Pada fase ini proses keruangan dapat mempertimbangkan konseptual proses yang mengususng identitas, makna, simbol-simbol, dan persepsi masyarakat setempat tentang IKN.

Meski demikian, nuansa budaya lokal tidak harus tampil dalam bentuk lokalitas bentuk yang sifatnya ornamental, tetapi justru dalam jiwa ruang yang sejalan dengan karakteristik ekologis lokasinya karena budaya lokal ada dalam hubungan masyarakat setempat dengan lingkungan dan lanskap lokalnya dalam rupa kearifan lokal. Kearifan lokal—yang secara simbolis digambarkan sebagai air dan tanah— sejatinya terwujud dalam pemahaman badan otoritas, arsitek, perencana, ataupun pengembang yang terlibat pada karakteristik khusus alamnya dan komitmen para pelaku untuk tetap mempertimbangkan karateristik bumi Kalimantan dalam menyusun gagasan, peraturan, hingga mewujudkan dan mengelola IKN.

Baca juga: Beban Ekologis IKN

Komitmen yang kuat diperlukan karena proses yang dihadapi tidak sederhana. Saat ini, dengan kemajuan yang ada, informasi terkait karakteristik lokasi IKN bertebaran di mana-mana dan perlu upaya mengumpulkannya secara sistematis agar informasi yang terkumpul dapat dengan mudah dan cepat digunakan.

Selain itu, upaya mengintegrasikan aspek budaya dalam proses yang panjang, mulai dari penyusunan peraturan, perencanaan, detail desain, hingga konstruksi, memerlukan langkah-langkah peninjauan dan persetujuan yang dapat menyita waktu karena dilakukan oleh sejumlah instansi terkait dari berbagai bidang dan tingkat. Dengan proses dan komitmen tersebut, diharapkan akan terlahir IKN yang betul-betul dapat menjadi tempat hidup untuk mendukung berbagai aktivitas bagi penghuninya dengan kemudahan melalui kemajuan teknologi yang ada, tetapi tetap bernuasa budaya lokal.

A Adib Abadi, Arsitek; Dosen Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB

Adblock test (Why?)


Ibu Kota Nusantara dalam Proses Budaya Lokal - kompas.id
Kelanjutan artikel disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gibran Puji Ganjar yang Pakai "Brand" Lokal, Yenny Wahid: Memang Suka dari Dulu - Kompas.com - Nasional Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud merespons positif soal calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gib...