Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang gim lokal dinilai masih mengandalkan pasar internasional dinilai sebagai target pasar untuk bisa bertahan di industri gim saat ini.
Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan strategi ini sepertinya akan tetap menjadi cara yang baik bagi pengembang lokal dalam jangka waktu pendek dan menengah. Berdasarkan data Statista pada 2021, terdapat 42,8 juta populasi pemain video gim dengan pangsa pasar sebesar US$321 juta yang mengalami kenaikan menjadi US$1,1 miliar atau naik hampir 350 persen pada 2020.
Cipto melanjutkan, meskipun tren bermain gim terus meningkat selama pandemi Covid-19. Nyatanya, gim buatan anak bangsa masih harus melakukan upaya lebih keras untuk dipandang di negaranya sendiri.
Menurutnya, apabila produktivitas pengembang untuk mengeluarkan produk baru pada tahun ini pesat. Maka, kontribusi pasar luar negeri memberikan potensi pertumbuhan bagi industri di kisaran 20—50 persen.
“Produk gim lokal masih belum mampu bersaing di dalam negeri. Pemenang pasar lokal kecenderungannya adalah produk karya raksasa-raksasa asing. Agar pengembang lokal dapat bersanding dengan mereka, solusinya tidak hanya dari satu sisi. Dari talenta hingga investasi, cukup banyak yang perlu dilakukan bersama,” ujar Cipto, Minggu (2/4/2021).
Berdasarkan data riset Statista pada 2020, menunjukkan ada peningkatan jumlah unduhan gim, bahkan diprediksi akan meningkat lebih dari 20 persen pada 2025 mendatang. Hal ini justru berbanding terbalik dengan produktivitas pengembang game di Indonesia.
Dalam laporan Peta Ekosistem Industri Game 2020 menunjukan 57 persen dari 80 perusahaan game lokal yang disurvei mengatakan bahwa produktivitas karyawan menurun sejak pandemi.
Selain produktivitas, masalah komunikasi juga menjadi salah satu hambatan walau bisa dilakukan secara virtual. Sebab, para pengembang butuh proses komunikasi yang intensif untuk berkoordinasi dalam membuat sebuah game dan hal tersebut sulit diakomodasi.
Tidak hanya itu, pengembang gim lokal memundurkan jadwal rilis gim yang sudah ditentukan sebesar 39,1 persen, di mana 30,4 persen juga menunda pembaruan gim mereka, dan memperpanjang waktu produksi juga menjadi strategi yang dilakukan oleh 29 persen perusahaan gim Indonesia yang disurvei.
Namun, Cipto optimis bahwa seperti 2020, tahun ini pandemi Covid-19 belum sepenuhnya reda sehingga masyarakat di seluruh dunia masih banyak menghabiskan waktu di rumah, dan gim menjadi media hiburan yang cocok dengan situasi ini sehingga dinilai menjadi momentum untuk meningkatkan pertumbuhan industri gim dalam negeri.
“Selain itu, console baru dari PlayStation dan Xbox yang sulit didapat pada 2020 sudah mulai tersedia untuk dibeli. Saya percaya 2021 diperkirakan industri akan mengalami pertumbuhan besar lagi,” katanya.
Direktur eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan secara industri peran gim lokal juga masih kecil, hanya berkontribusi di kisaran 1—2 persen sehingga potensi pertumbuhan pada tahun ini juga masih di bawah 1 persen.
Menurutnya, dalam pengembangan gim pekerjaan rumah dari pemerintah dan developer lokal masih harus mengetahui secara persis bagaimana pola masyarakat bermain gim. Hal ini agar dorongan pengembangan gim tidak salah. Sebab, ada gim yang diprediksi booming hasilnya ternyata tidak sesuai harapan, tetapi yang dianggap gim biasa justru bisa meledak di pasaran.
Heru menegaskan dibutuhkan tim riset untuk mengetahui genre gim yang marak dikonsumsi masyarakat agar konsumsi gim lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Ini jadi tantangan bagi Kemenparekraf dan Kemkominfo untuk kolaborasi mencari strategi bersama agar gim lokal tumbuh signifikan dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kalau tidak dan hanya begini terus ya kita hanya jadi pasar atau penonton saja,” ujarnya.
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :
gamePengembang Game Lokal Andalkan Pasar Internasional - Teknologi - Berita Terbaru Harga dan Spesifikasi Handphone, Info Fitur Smartphone, Komputer dan Laptop
Kelanjutan artikel disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar