Rechercher dans ce blog

Senin, 03 April 2023

Unwira Kupang Dorong Penguatan Pangan Lokal - kompas.id

Suasana diskusi mengenai problem krisis beras di Nusa Tenggara Timur yang digelar Jurusan Ekonomi Pembangunan Falkultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, pada Sabtu (1/4/2023).
HUMAS UNWIRA KUPANG

Suasana diskusi mengenai problem krisis beras di Nusa Tenggara Timur yang digelar Jurusan Ekonomi Pembangunan Falkultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, pada Sabtu (1/4/2023).

KUPANG, KOMPAS — Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, mendorong pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait agar serius mengatasi persoalan pangan di Nusa Tenggara Timur yang terjadi sejak awal tahun 2023. Perguruan tinggi terkemuka di NTT itu menyerukan penguatan pangan lokal yang selama ini terkesan masih diabaikan.

Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) melalui Jurusan Ekonomi Pembangunan Falkultas Ekonomi dan Bisnis secara khusus menggelar diskusi mengenai problem krisis beras yang ramai belakangan.

Acara yang berlangsung pada Sabtu (1/4/2023) itu dibuka Wakil Dekan Bruder Salomon Leky dan dihadiri Ketua Jurusan Emiliana Martuti Lawalu serta sejumlah dosen dan ratusan mahasiswa.

Tampil sebagai narasumber antara lain analis pemasaran hasil pangan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Fransiska Diah Iswandari; Koordinator Program Voice for Climate Action Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (Pikul) Dina Soro; dan jurnalis harian Kompas, Fransiskus Pati Herin. Diskusi dipandu Agnes S Indrawati.

Bruder Salomon mengatakan, Unwira menganggap persoalan pangan menjadi hal serius untuk didiskusikan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi. Pasalnya, pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang jika tidak biasa diatasi dapat merembet ke mana-mana.

Audiens menyimak diskusi mengenai problem krisis beras di NTT yang digelar Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, pada Sabtu (1/4/2023).
HUMAS UNWIRA KUPANG

Audiens menyimak diskusi mengenai problem krisis beras di NTT yang digelar Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, pada Sabtu (1/4/2023).

Baca juga : Harga Beras di NTT Tembus Rp 17.000 Per Kilogram

”Kondisi semacam ini perlu dicarikan jalan keluar melalui sebuah diskusi, kemudian ditindaklanjuti lewat aksi nyata di masyarakat. Salah satu tugas dan tanggung jawab perguruan tinggi adalah terlibat menyiapkan ruang diskusi secara ilmiah,” kata Salomon.

Dina Soro dalam pemaparannya menggarisbawahi bahwa NTT tidak mengalami krisis pangan, melainkan krisis beras. Pasalnya, pangan selain beras di NTT sangat berlimpah. Dalam pemetaan yang dilakukan Pikul, terdapat lebih dari 30 jenis pangan di NTT. ”Kita tidak kekurangan pangan,” ujarnya.

Kami akan tindak lanjuti dalam bentuk aksi.

Menurut Dina, selama ini kebijakan pemerintah tidak berpihak pada pengembangan pangan lokal yang beragam. Dalam kebijakan nasional, pemerintah hanya memperhatikan komoditas padi, jagung, dan kedelai. Padahal, tidak semua daerah di Indonesia cocok untuk budidaya tanaman itu.

Komoditas lain

Dalam kajian Pikul, untuk NTT, komoditas dengan angka produksi pertanian tertinggi adalah jagung, kemudian ubi kayu, dan disusul beras. Hal ini berarti mayoritas masyarakat membudidayakan pangan selain beras yang cocok hidup untuk wilayah minim curah hujan seperti NTT. Sementara beras membutuhkan wilayah potensial air.

Berbagai jenis beras dan jagung dijual di Pasar Kasih, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (3/3/2023). Di beberapa wilayah di NTT, harga beras menyentuh Rp 17.000 per kilogram.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Berbagai jenis beras dan jagung dijual di Pasar Kasih, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (3/3/2023). Di beberapa wilayah di NTT, harga beras menyentuh Rp 17.000 per kilogram.

Dina mendorong agar pangan lokal diperkuat dari sisi kebijakan pemerintah. Sementara di sisi masyarakat, krisis beras di NTT seharusnya menjadi momentum untuk kembali memperkuat pangan lokal. Banyak desa di Pulau Timor sudah memulainya.

Sementara itu, Pati Herin memaparkan liputan Kompas mengenai krisis beras di NTT. Kompas menjadi media nasional pertama yang mengangkat secara komprehensif masalah kenaikan harga beras di NTT. Kala itu, harga beras mencapai Rp 17.000 per kilogram. Masyarakat di banyak perdesaan tidak mampu membeli beras.

Berkat liputan Kompas, pemerintah pusat memberi perhatian kepada NTT. Sejumlah pejabat yang mengurus masalah pangan sampai datang ke NTT. Pemerintah pusat kemudian mengirim 1.600 ton beras ke NTT. Polri juga mendistribusikan 50 ton beras untuk masyarakat tidak mampu di NTT.

Tak hanya mengangkat problematika, Kompas juga menampilkan cerita masyarakat yang bisa beralih mengonsumsi pangan selain beras. Cerita semacam itu bertujuan mengingatkan masyarakat bahwa manusia hidup tidak dari nasi saja.

Baca juga : Manusia Hidup Bukan dari Nasi Saja

Di bawah terik matahari, warga mengantre untuk mendapatkan kupon pembelian beras murah dalam kegiatan operasi pasar yang digelar Perum Bulog di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (13/3/2023). Beras dalam kemasan 5 kilogram bisa dibeli dengan harga Rp 45.000.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Di bawah terik matahari, warga mengantre untuk mendapatkan kupon pembelian beras murah dalam kegiatan operasi pasar yang digelar Perum Bulog di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (13/3/2023). Beras dalam kemasan 5 kilogram bisa dibeli dengan harga Rp 45.000.

Namun, Fransiska Diah Iswandari menganggap problem beras di NTT belum mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan. Ia juga tidak setuju jika ada anggapan bahwa NTT dalam kondisi krisis beras. Apalagi, indikator pemerintah adalah kondisi wilayah perkotaan, bukan perdesaan yang paling terdampak.

Diah pun menegaskan bahwa pemerintah akan selalu hadir membantu masyarakat dalam kesusahan. Salah satu solusinya adalah pemerintah menggelar pasar murah dengan menjual beras seharga Rp 9.000 per kilogram. Operasi pasar akan berlangsung hingga Juni 2023.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/HdR9TRec6DeJ4QWmk2S0uGJ_ED4=/1024x1427/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F17%2F57786143-61dc-4c21-913b-1e2df7afca21_jpg.jpg

Ia juga mengimbau masyarakat agar membiasakan diri mengonsumsi pangan selain beras. Tidak benar ada anggapan bahwa belum makan jika belum mengonsumsi nasi. ”Intinya, makanan sehat dengan gizi sempurna,” ucapnya.

Emiliana Martuti Lawalu menyimpulkan, hasil diskusi itu menjadi masukan bagi pihaknya. Dalam program pengabdian kepada masyarakat, mereka akan memasukkan penguatan pangan lokal sebagai materi pendampingan. ”Kami akan tindak lanjuti dalam bentuk aksi,” ujarnya.

Adblock test (Why?)


Unwira Kupang Dorong Penguatan Pangan Lokal - kompas.id
Kelanjutan artikel disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gibran Puji Ganjar yang Pakai "Brand" Lokal, Yenny Wahid: Memang Suka dari Dulu - Kompas.com - Nasional Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud merespons positif soal calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gib...