Rechercher dans ce blog

Jumat, 23 Desember 2022

Antara UBUNTU dan Kearifan Lokal Manusia Bugis - Tribun Timur

Sukardi Weda
Guru Besar Universitas Negeri Makassar
 

TRIBUN-TIMUR.COM - Setiap suku bangsa dan kelompok etnik memiliki keunikan, keragaman budaya, dan kearifan lokal yang menjadi pedoman untuk bertindak tanduk dan bertutur dalam kehidupan sehari – hari.

Kearifan lokal tersebut secara turun – temurun digunakan oleh generasi berikutnya sebagai pemilik dari budaya dan kearifan lokal itu.

Kemarin, tepatnya Selasa, 20 Desember 2022, seorang teman yang tinggal nun jauh di sana, tepatnya di Jakarta mengirim satu narasi disertai dengan foto unik di group WhatsApp, yakni foto seorang peneliti/fotografer dengan tiga orang anak berkulit hitam tanpa memakai baju sedang berjongkok untuk memperhatikan kamera yang ada di hadapannya.

Ketiga anak tersebut sedang mencermati kamera yang ada di depan mereka yang diperlihatkan oleh sang fotografer kulit putih.

Teman tersebut mengirim narasi dan foto itu pada group WhatsApp (WA) dengan nama Diaspora Internasional Indonesia, kebetulan juga saya salah satu anggota dari group WA itu.

Pesan narasi dan foto unik tersebut bertajuk “UBUNTU” menyampaikan pesan perdamaian, kemanusiaan, persamaan, dan toleransi, tentu tanpa perbedaan.

Karena hemat saya pesan narasi dan foto berjudul UBUNTU tersebut menarik, maka sekonyong – konyong saya kirim ke salah satu WA teman saya, dan tidak berselang lama, hanya hitungan menit, teman saya tersebut mengirim narasi dan foto itu ke salah satu group WA, karena memang pesannya sangat menyentuh.

Isi narasi “UBUNTU” tersebut seperti saya kutip dari WA teman saya, tentu saya sudah edit supaya enak dibaca, bunyinya “Seorang Antropolog menunjukkan permainan kepada anak – anak salah satu suku di benua hitam, Afrika.

Sang Antropolog berkulit putih itu meletakkan satu keranjang berisikan buah yang tentu mengundang selera, tepatnya di dekat sebuah pohon, entah apa nama pohon itu.

Sang Antropolog lalu memberi petunjuk kepada anak – anak tersebut, dengan mengatakan siapa yang pertama kali berlari dan menggapai keranjang berisikan buah – buahan tersebut, berhak untuk mendapatkan sekeranjang buah itu, tentu buah itu boleh dibawah pulang ke rumahnya untuk disantap bersama dengan keluarganya, bapak, ibu, dan tentu kakak dan adik – adiknya. Tapi begitu sang Antropolog memberi aba – aba untuk berlari, ‘Mulai…..!!!.” Sang Antropolog terkejut bukan kepalang, karena rupanya anak – anak tersebut tidak berlari untuk memperebutkan keranjang buah itu, tetapi justru bergandengan tangan, tanpa berebut saling mendahului.

Ketika sang Antropolog bertanya dengan penuh penasaran: Kenapa kalian melakukan itu? Padahal kalian punya kesempatan untuk mendapatkan sekeranjang buah seorang diri?.

Merekapun menjawab: “Ubuntu !!! …, bagaimana salah satu dari kita bisa bahagia, sedangkan teman yang lain bersedih.” Rupanya Ubuntu dalam peradaban mereka memiliki arti: “Aku adalah Kita.” Suku itu memahami rahasia kebahagiaan sesungguhnya yang justru hilang atau ‘dihilangkan’ dalam kehidupan masyarakat modern yang sangat individualistis, egosentris, dan hedonis.

Kata hedonis disini sengaja ditambahkan oleh penulis untuk melengkapi perilaku para penguasa yang tamak dan tidak peduli terhadap orang – orang yang ada di sekitarnya.

Adblock test (Why?)


Antara UBUNTU dan Kearifan Lokal Manusia Bugis - Tribun Timur
Kelanjutan artikel disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gibran Puji Ganjar yang Pakai "Brand" Lokal, Yenny Wahid: Memang Suka dari Dulu - Kompas.com - Nasional Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud merespons positif soal calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gib...