Kini, ada lima musisi lokal Bojonegoro lahir dari rumah produksi Akart Records. Setiap musisi beda aliran musim dan masing-masing punya sisi unik. Akart Records fokus memoles dan kembangkan talenta lokal.
BHAGAS DANI PURWOKO, Radar Bojonegoro
DARI ruang studio terdengar suara perempuan sedang rekaman cover lagu Nadin Amizah berjudul Bertaut. Suaranya mengalun di studio sekaligus basecamp Akart Records, kemarin sore (7/3). Belantika musik kontemporer di Bojonegoro tak bisa lepas dari peran sekelompok pemuda kiwari berserikat membentuk Akart Records ini.
Musisi jebolan Akart Records telurkan puluhan karya. Meskipun menurut salah satu dedengkot Akart Records yakni Halil Wibowo, musisi dari Akart Records masih berkutat di lingkaran pertemanannya. Tentu tak menutup kemungkinan, musisi lokal lain bisa digarap juga.
Bicara soal musisi besutan Akart Records, Halil mengungkapkan, bahwa perannya sebagai produser rumah produksi saja. Bukan sebagai label rekaman secara khusus mengikat musisi lokal. Justru, musisi-musisi lokal besutannya bisa dilirik label rekaman lebih mapan di luar sana.
Setelah berjalan sekitar 18 bulan, ada lima musisi lokal lintas aliran musik diproduksi Halil bersama kawan-kawannya. Di antaranya Arif Khusen, solois beraliran pop dangdut dibalut campursari. Lalu Brian Armando, solois beraliran folk dibalut instrumen musik etnik. Orkes Ledre, sebuah kelompok musik dangdut-keroncong bertema jenaka.
“Ada juga Padholi, solois hip-hop berlirik bahasa Jawa dan Belantara, band beraliran musik folk,” tambah pemuda asal Desa Kuncen, Kecamatan Padangan itu.
Halil mengaku masih fokus berkarya. Puluhan karya dari lima musisi bisa dinikmati di layanan musik streaming yakni Spotify.
Rencananya, target ke depan apabila sudah makin banyak musisi yang digarap ingin melangkah jadi agregator musik digital bagi musisi Bojonegoro. Karena memang sekarang sudah zamannya serba digital.
“Sejauh ini kami masih melibatkan agregator sudah ada. Kami merasa mematangkan segala konsep dan perlu memperbanyak lagi musisi dan karya untuk nantinya jadi agregator secara mandiri,” tegasnya.
Talenta-talenta lokal Bojonegoro siap diadu. Namun belum terlihat membuncah di luar Bojonegoro. Meski begitu, Halil optimistis ada momentum musisi lokal tembus skala nasional. Halil bersama kawan-kawannya terus meraba-raba dan belajar menerapkan ragam formula agar karya bisa populer.
Sehingga, hal ia lakukan memperbanyak karya dan menemukan talenta-talenta lokal lainnya. Agar portofolio Akart Records semakin matang dan bisa menghibur telinga banyak orang. “Kami menghindari mengotak-kotakkan aliran musik. Karena targetnya ingin lebih banyak orang menyukai karya-karya yang telah dirilis oleh musisi lokal,” imbuhnya.
Proyek lain Akart Records bersama komunitas musisi lokal ialah membuat video dokumentasi live session bertajuk Sound of Record (SOR). Video dibuat sebulan sekali dengan tematik aliran musik. “Proyek itu SOR itu juga untuk portofolio kami,” ujarnya.
Sepak terjang Akart Records perlahan tapi pasti mulai diperhitungkan. Beberapa lagu buatan Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah juga merupakan hasil aransemen Halil bersama kawan-kawannya. Halil juga sering dapat pesanan dari luar kota membuat aransemen lagu jingle atau mars.
Selaku rumah produksi audio visual, Akart Records tak hanya mampu merilis karya format audio, tapi juga karya format visual berupa video klip. Video klip lagu dari musisi Arif Khusen dan Orkes Ledre sudah bisa dinikmati di YouTube. (*/rij)
Telurkan Puluhan Karya, Fokus Kembangkan Musisi Lokal - Radar Bojonegoro
Kelanjutan artikel disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar