Rechercher dans ce blog

Sabtu, 25 September 2021

Bisnis Distro Menjanjikan, Brand Lokal Mulai Berdiri - Radar Solo

RADARSOLO.ID – Dunia fashion semakin berkembang. Anak-anak milenial jadi salah satu target utama bisnis pakaian tersebut. Produk ala-ala distro juga kini semakin tumbuh hingga ke beberapa pelosok kota, termasuk yang mulai dilirik pengusaha muda dari Boyolali.

Produk dengan brand ala-ala distro memang masih menjadi rujukan bagi pecinta baju dengan brand lokal maupun internasional. Berawal dari kegemaran mengenakan baju dengan brand distro, Sigit Prasetyo, 26, berani menjajal hal baru. Produk distro dengan brand local yang diberi nama DOMZ.LTD, tak gentar hadapi persaingan pasar.

Sigit memang gemar mengenakan kaos, baju, ataupun jaket dengan brand distro ternama. Kesenangannya ini lantas memunculķan ide untuk membuat brand sendiri. Menilik, pasar untuk brand distro cukup menjanjikan kala itu. Dia lantas mengajak temannya, Yudha Digma untuk merintis usahanya ini.

“Brand distro ini mulai dirintis sejak 2016 silam. Lalu ada dua teman lain ikut gabung. Kami sepakat iuran uang untuk modal awal membuat brand sendiri. Meski produk lokal, kami tidak gentar hadapi pasar,” terangnya pada Jawa Pos Radar Solo (24/9).

Produk pertama yang dihasilkan berupa kaos. Setelah bisa memutar modal dari hasil penjualan yang didapatnya, lantas mulai merambah produk lain. Seperti jaket, kemeja flanel, hingga tas slingbag. Produksi awal tidak langsung dalam jumlah besar. Karena dia harus memilih jenis kain yang akan digunakan. Dia harus memasukan bahan ke konveksi untuk proses pembuatan kaos ataupun baju. Baru setelahnya dimasukan ke penyablon.

Produksi kaos, jaket, dan flanel biasanya memakan waktu sampai tiga sampai lima minggu. Terhitung mulai dari proses mencari bahan baku, menjadi baju, sampai ke naik cetak sablon. Pada awal mencoba, mereka sempat gagal produksi karena salah cetak. Meski hal tersebut tak membuat Sigit patah arang.

“Itu benar-benar gak bisa dijual karena salah cetak. Kami harus mulai dari nol. Awal kami cuma modal desain, beli kain, dan hangtag. Terus produksi kami lempar ke tempat-tempat produksi. Terus kami gerak di jualannya, dan branding,” katanya.

Tak hanya merasakan pahitnya gagal cetak, mereka juga pernah salah perhitungan. Kala itu, Sigit dan temannya sepakat menjadi sponsor sebuah acara dengan ekspektasi ada timbal balik penjualan baju. Namun, bukannya untung, mereka harus tombok lantaran tidak sesuai perhitungan.

“Beberapa hal kaya gitu bikin usaha kami sedikit limbung. Namun seiring dengan penggalakan pemasaran dan ilmu marketing yang kami pelajari, akhirnya sekarang cukup bisa bertahan. Semoga nanti bisa terus berkembang,” harapnya.

Beberapa produk yang dibuat DOMZ.LTD. (ISTIMEWA)

Sebelum pandemi, Sigit mengandalkan pameran di beberapa mal untuk pemasaran dan pengenalan produknya. Sesekali juga dipasarkan lewat marketplace dan sosial media. Mereka juga menitipkan di beberapa toko distro yang sudah bekerja sama. Termasuk saat pandemi ini, tak ada pameran yang digelar, sehingga pemasaran mengandalkan daring.

“Pandemi ini cukup menyulitkan gerak untuk pemasaran produk. Sedangkan omzet yang diperoleh Rp 5 juta hingga Rp 6 juta perbulan. Kalau saat normal, ketika bisa mengikuti pameran bisa laku sampai Rp 7 juta hingga Rp 8 juta,” pungkasnya. (rgl/nik/dam)

Adblock test (Why?)


Bisnis Distro Menjanjikan, Brand Lokal Mulai Berdiri - Radar Solo
Kelanjutan artikel disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gibran Puji Ganjar yang Pakai "Brand" Lokal, Yenny Wahid: Memang Suka dari Dulu - Kompas.com - Nasional Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud merespons positif soal calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gib...