Rechercher dans ce blog

Minggu, 15 Agustus 2021

Investor Lokal Topang Kenaikan Harga SUN - Investor Daily

JAKARTA, investor.id – Harga surat utang negara (SUN) diproyeksikan naik pada pekan ini. Optimisme ini ditopang perkiraan meredanya sentimen dari US Treasury 10 years dan peningkatan minat investor lokal maupun asing terhadap obligasi negara.

Associate Director dan Head of Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, pasca meredanya fluktuasi imbal hasil (yield) US Treasury, harga SUN menunjukkan pergerakan yang stabil. Meski pekan lalu pemodal merealisasikan aksi ambil untung (profit taking) yang berimbas terhadap penurunan harga SUN dan membuat yield SUN bergerak di level 6,3%.

"Sementara SUN pekan ini, kendati bergerak dalam rentang yang sempit, namun yield SUN diproyeksikan kembali berada di level 6,2%," kata dia kepada Investor Daily, Minggu (15/8).

Dari sisi domestik, Ramdhan menilai, kasus Covid-19 masih menjadi perhatian investor. Meski tingkat penyebaran kasus Covid-19 sudah menunjukkan penurunan di Jakarta, namun di luar Jawa masih belum terkendali. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan menangani penyebaran kasus Covid-19 di luar Jawa dan memperluas vaksinasi.

Sedangkan arus modal, Ramdhan menyebutkan, belum terlihat pergerakan yang masif dari investor asing. Justru investor lokal, seperti perbankan melanjutkan aksi pembelian obligasi negara di tengah peningkatan likuiditas, belum optimalnya tingkat intermediasi, dan penyaluran kredit yang masih ketat.

"Menjelang akhir tahun ini, kami menantikan langkah investor asing untuk kembali berinvestasi pada SUN, sehingga semakin menambah likuiditas di obligasi negara," terang dia.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, yield obligasi negara bertenor 10 tahun diproyeksikan bergerak menguat dalam rentang 6,3-6,4%. Pergerakan tersebut dipengaruhi sentimen, yakni data kinerja ekspor-impor, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, dan data Produk Domestik Bruto (PDB) Eropa.

Pada pertumbuhan BI pekan ini, Nico mengungkapkan, investor akan memperhatikan sikap BI dalam menanggapi perpanjangan PPKM. Apabila BI memberikan stimulus saat periode perpanjangan ini, pergerakan harga obligasi dan saham cenderung positif.

"Selain itu, ketidakpastian terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia ditambah dengan penyebaran kasus kenaikan Covid-19 di dunia bisa memicu volatilitas di pasar obligasi," tutur dia.

Dari sisi arus modal, Nico melihat, terjadi peningkatan minat investor lokal terhadap SUN, apalagi dengan adanya lelang obligasi. Sementara untuk investor asing memang telah menunjukkan tren positif dengan arus modal yang masuk mencapai Rp 15 triliun, dibandingkan akhir tahun lalu.

Obligasi Jangka Pendek

Di tengah pergerakan tersebut, Nico menyarankan investor untuk lebih banyak masuk ke instrumen berdurasi pendek. "Mungkin 60% obligasi jangka pendek, 10% jangka menengah, dan 30% jangka panjang," kata dia.

Lebih lanjut Portfolio Manager Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Laras Febriany mengatakan, pada semester II-2021 ini, pasar obligasi akan menikmati dua katalis positif. Pertama, adanya kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas rupiah, inflasi yang terkendali dan upaya yang membuat BI mempertahankan kebijakan moneter akomodatif yang berdampak positif bagi pasar obligasi. Kondisi makro yang relatif positif berkontribusi pada imbal hasil riil obligasi Indonesia yang menarik.

Kemudian langkah pemerintah dalam mengurangi pasokan obligasi di paruh kedua menjadi katalis positif yang dapat mendukung pergerakan obligasi menjelang akhir tahun. Adapun pemerintah mengurangi pembiayaan utang sebesar Rp 283 triliun sehingga nilai yang ditargetkan tahun ini mencapai Rp 924 triliun.

"Pemerintah juga berencana untuk mengoptimalkan penerbitan obligasi ritel yang diharapkan dapat meningkatkan gairah investor domestik berinvestasi di pasar obligasi," kata dia.

Meski terdapat katalis positif, Laras juga mencermati beberapa sentimen negatif seperti volatilitas pada imbal hasil US Treasury, flight to safety pada dolar AS, ketegangan geopolitik, dan perubahan komunikasi kebijakan Fed. Sementara dari sisi internal, risiko yang mungkin terjadi yakni perlambatan ekonomi domestik yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas masyarakat yang berpengaruh terhadap outlook peringkat utang Indonesia serta dampaknya terhadap defisit anggaran pemerintah.

Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily

Berita Terkait

Adblock test (Why?)


Investor Lokal Topang Kenaikan Harga SUN - Investor Daily
Kelanjutan artikel disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gibran Puji Ganjar yang Pakai "Brand" Lokal, Yenny Wahid: Memang Suka dari Dulu - Kompas.com - Nasional Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud merespons positif soal calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gib...