Menteri BUMN, Erick Thohir, meminta mahasiswa asal Indonesia di balik riset AstraZeneca, Indra Rudiansyah, untuk ikut serta mengembangkan vaksin Merah Putih maupun vaksin lain buatan dalam negeri.
Erick berharap Indra bisa mengaplikasikan teknik pembuatan vaksin AstraZeneca yang belum ada di Indonesia, yakni viral vector.
Indra kini tengah menempuh studi S3 Jenner Institute University of Oxford melalui beasiswa LPDP. Erick berharap Indra dapat segera menyelesaikan pendidikannya.
"Saya harap Indra, nomor 1 selesaikan di Oxford. Kamu sudah punya pengalaman viral factor yang di Indonesia BioFarma masih menggunakan inactivated virus. Nah, dengan viral vector ini, sistem produksinya sudah siap dan siapa tahun bisa untuk mengembangkan vaksin Merah Putih," ujar Erick kepada Indra melalui liveInstagram, Jumat (23/7).
Ia menuturkan bahwa saat ini, pemerintah telah mengembangkan kapasitas pabrik Bio Farma dari 1 miliar vaksin menjadi 1,5 miliar.
Dari jumlah tersebut, sebesar 250 juta kapasitas produksi digunakan untuk vaksin Sinovac dan 250 juta lainnya masih menunggu audit dari BPOM untuk produksi vaksin Covid-19 BUMN maupun Merah Putih. Sisa kapasitas produksi digunakan Bio Farma untuk memproduksi vaksin lainnya.
"Rencana kapan balik? Mudah-mudahan ketika balik bisa bantu Indonesia. Kenapa? Karena vaksin ini penting tidak hanyaCovid, tapi basic seperti malaria, TBC (Indonesia) tertinggi di dunia. R&D kita kurang kalau boleh jujur," ujar Erick.
Erick juga berharap Indra bisa bekerja sama dengan Bio Farma dalam pembahasan pengembangan vaksin meskipun berada di Inggris.
Indra sendiri merupakan karyawan di Bio Farma selama dua tahun sejak 2014 sebelum akhirnya melanjutkan studi ke Oxford.
Dalam kesempatan itu, Indra menceritakan prosesnya bisa bergabung dengan tim riset AstraZeneca. Ia menuturkan bahwa di Oxford, ada grup riset mengenai emerging pathogen diseases yang menangani penelitian AstraZeneca.
Mulanya, grup tersebut terbilang kecil, baik dari sisi sumber daya maupun pendanaan. Namun, setelah pandemi muncul, mereka membutuhkan sumber daya tambahan serta membuka perekrutan anggota riset baru. Indra sendiri bergabung di tim riset vaksin malaria.
"Akhirnya membuka lowongan ke semua orang yang mau join. Saya kebetulan daftar ketika itu. Saya bisa melakukan teknik ini ini kemudian, 'Oh, ya sudah, yuk, join saja. Jadi, istilahnya awal mula keterlibatan ssya di uji klinis vaksin Covid-19 seperti itu," ujarnya.
(ulf/has)Erick Thohir Minta Peneliti AstraZeneca Asal RI Bantu Lokal - CNN Indonesia
Kelanjutan artikel disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar