Keterlibatan vendor lokal sekelas UMKM dalam proyek infrastruktur BUMN ternyata tak selalu berbuah manis. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Andi Rukman mengungkapkan, ada penyakit lama BUMN yang justru membuat vendor lokal bukanlah untung, tapi buntung alias rugi.
Andi mengatakan, setiap proyek yang dikerjakan vendor lokal pasti pada akhirnya akan dilunasi oleh BUMN. Namun, pelunasannya ini menelan waktu bertahun-tahun.
"Pada intinya, tidak ada beban BUMN terhadap vendor atau joint operation, atau subkontrak terhadap pengusaha-pengusaha daerah itu yang tidak dibayarkan. Pasti akan terbayarkan, mau ganti direksi atau apapun pasti akan diselesaikan. Yang menjadi persoalan adalah penyelesaiannya ini yang bertahun-tahun," ungkap Andi kepada tim Blak-blakan detikcom, Kamis (8/4/2021).
Lamanya pembayaran itulah yang membuat para vendor lokal, terutama yang mengerjakan proyek di daerah bukan untung, tapi buntung.
"Jadi teman-teman di daerah ini tidak dapat untung, tapi dapat buntung. Itu saja persoalannya," tegas Andi.
Idealnya, pembayaran sebuah proyek dilakukan dengan 3 tahap. Pertama, ketika pengerjaan konstruksi sudah mencapai 50%, maka vendor lokal menagih pembayaran 30% dari nilai kontrak. Lalu, ketika pengerjaan konstruksi sudah mencapai 75%, vendor lokal menagih lagi 50% dari nilai kontrak. Kemudian, kita pengerjaan sudah 100%, vendor menagih 80% dari nilai kontrak.
"Mungkin ada retensinya 20%, itu wajar. Nah kalau itu terjadi, wah itu alhamdulillah," imbuh dia.
Bahkan ada vendor yang menunggu honor dari BUMN sampai bertahun-tahun lho. Selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak Video "Setneg Bantah Isu Jokowi Bikin Yayasan Untuk Kelola TMII"
[Gambas:Video 20detik]
Honor dari BUMN Molor Melulu: Vendor Lokal Mau Untung Malah Buntung - detikFinance
Kelanjutan artikel disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar