REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyebut setidaknya ada dua strategi untuk mencegah berkembangnya paham intoleransi dan radikalisme di Tanah Air, terutama di kalangan pemuda dan pelajar. Kedua strategi itu adalah menghidupkan kearifan lokal dan mencegah eksklusifme.
Deputi V Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Rima Agristina megungkapkan, paham intoleransi di tingkat pelajar dan pemuda makin mengkhawatirkan. Gerakan intoleransi dan radikalisme makin masif di tengah masyarakat.
Menurut dia, agar paham intoleransi dan radikalisme ini tak makin berkembang, BPIP harus menyiapkan berbagai strategi. Tak cukup hanya dengan turun ke lapangan tapi juga disiapkan strategi agar Pancasila merembes dalam kehidupan masyarakat.
Menurut dia, ada dua strategi yang bisa digunakan. Kedua strategi itu adalah menghidupkan kearifan lokal dan menghilangkan eksklusifitas. Menurut Rima, paham terorisme biasanya sangat takut terhadap kearifan lokal.
Karena itu, biasanya kelompok intoleransi dan radikal membenturkan antara agama dan kearifan lokal. Cara menghidupkan kearifan lokal bisa dengan berbagai cara. Bisa lewat video tutorial, komik, musik, atau film.
"Berbagai alat ini bisa digunakan untuk mengimbangi serangan tersebut," kata Rima dalam acara Penyusunan Strategi Aktualisasi Pembudayaan Pancasila, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (26/4).
Dalam acara ini hadir narasumber lain yaitu CEO Alvara Institut Hasanuddin Ali, dan Kasubdit Kelembagaan Kementerian Agama (Kemenag) M Adib Abdusomad.
Strategi yang lain, lanjut Rima adalah menghilangkan eksklusifitas. Karena itu, Rima mengaku dalam setiap memberikan ceramah kepada anak muda agar bergaul dengan banyak kalangan. Jangan sama yang itu-itu saja. Karena eksklusifitas adalah pintu masuk intoleransi dan radikalisme. "Tugas ini memang tidak mudah karena bukan hanya fisik tapi juga ideologi," tuntasnya.
Cegah Intoleransi Radikalisme, BPIP: Hidupkan Kearifan Lokal - Republika Online
Kelanjutan artikel disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar