Rechercher dans ce blog

Rabu, 21 April 2021

Kearifan Lokal Selamatkan Warga Simeulue Dari Tsunami - Validnews

JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menuturkan, masyarakat di Pulau Simeulue, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh memiliki kearifan lokal dalam menghadapi bencana tsunami di wilayahnya.

Mereka memiliki kearifan lokal yang diwariskan secara turun temurun berupa tradisi syair tentang 'Smong'. Dalam bahasa lokal, 'Smong' berarti fenomena tsunami. Selain itu, mereka juga menurunkan pengetahuan tentang 'Smong' ini secara turun temurun.

"Simeulue ini tak lepas dari budaya kearifan lokal yang dirawat masyarakatnya secara turun temurun, terkait upaya penyelamatan dan evakuasi mandiri besar-besaran dari gelombang pasang air laut yang diawali oleh gempa bumi," tulis Doni dalam keterangannya, Rabu (21/4).

Berdasarkan catatan, kearifan lokal ini lahir dari peristiwa tsunami yang melanda wilayah perairan Simeulue pada 4 Januari 1907. Peristiwa itu terekam dalam buku Belanda berjudul S-Gravenhage karya Martinusnijhif pada tahun 1916, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Dari peristiwa tsunami tersebut, masyarakat Simeulue kemudian menyampaikan peringatan tradisional tsunami melalui ‘tutur’ secara turun temurun dari generasi ke generasi sehingga menjadi memori kolektif. Bahkan riwayat syair tentang ‘smong’ dapat ditemukan pada senandung pengantar tidur anak-anak di Pulau Simeulue.

Karena tradisi lokal ini, banyak warga di pulai tersebut selamat dari peristiwa tsunami Aceh pada 2004 silam.

Saat itu, Pulau Simeulue menjadi salah satu wilayah yang terkena gelombang tsunami pertama kali. Lebih dari 1.700 rumah hancur tersapu tsunami yang dipicu oleh gempabumi berkekuatan 9,1-9,3 skala magnitudo. Akan tetapi, jumlah korban jiwa yang meninggal saat itu hanya sedikit, yakni 6 jiwa.

Dalam pemodelan sederhana, apabila rata-rata penghuni satu rumah adalah 5 jiwa, maka total manusia yang rumahnya diterjang Tsunami Aceh 2004 kala itu lebih dari 8.500 jiwa, atau sekitar 10% dari jumlah total penduduk Simeulue pada saat itu.

Dari perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan pada saat itu ada proses evakuasi besar-besaran secara mandiri dalam kurun waktu kurang dari 10 menit secara serempak di seluruh wilayah Pulau Simeulue.

"Peristiwa mobilisasi penduduk secara massal tersebut menjadi luar biasa, mengingat infrastruktur telekomunikasi sangat terbatas pada saat itu," urai Doni.

Adapun syair tentang ‘smong’ dari tutur masyarakat Pulau Simeulue adalah sebagai berikut:

Enggel mon sao curito (Dengarlah sebuah cerita)
Inang maso semonan (Pada jaman dahulu)
Manoknop sao fano (Tenggelam satu desa)
Uwi lah da sesewan (Begitu mereka tuturkan)
Unen ne alek linon (Diawali gempabumi)
Fesang bakat ne mali (Disusul ombak besar sekali)
Manoknop sao hampong (Tenggelam seluruh negeri)
Tibo-tibo mawi (Tiba-tiba saja)
Anga linon ne mali (Jika gempabuminya kuat)
Uwek suruik sahuli (Disusul air laut yang surut)
Maheya mihawali (Maka segeralah cari)
Fano me singa tenggi (Tempat kalian yang lebih tinggi)
Ede smong kahanne (Itulah ‘smong’ namanya)
Turiang da nenekta (Sejarah nenek moyang kita)
Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)
Pesan dan navi da (Pesan dan nasihatnya)

BNPB terus mengingatkan pemerintah dan masyarakat di daerah rawan bencana untuk memperkuat upaya mitigasi tsunami.

Salah satunya, disampaikan Doni saat melakukan kunjungan kerja di pesisir pantai wilayah Padang, Sumatera Barat pada Kamis (15/4) lalu. (Seruni Rara Jingga)

Let's block ads! (Why?)


Kearifan Lokal Selamatkan Warga Simeulue Dari Tsunami - Validnews
Kelanjutan artikel disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gibran Puji Ganjar yang Pakai "Brand" Lokal, Yenny Wahid: Memang Suka dari Dulu - Kompas.com - Nasional Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar -Mahfud merespons positif soal calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gib...